Hari Film Nasional 2025, Insan Perfilman Kediri Siap Tembus Industri Nasional

KEDIRI, Batu.iNews.id – Hari Film Nasional (HFN) yang diperingati setiap 30 Maret, menjadi momen refleksi bagi insan perfilman Tanah Air. Peringatan ini diresmikan Presiden B.J. Habibie pada 1999 sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan prestasi insan film Indonesia baik di tingkat regional, nasional, hingga internasional.
Di momen Hari Film Nasional 2025 ini, harapan besar datang dari para pelaku film lokal, khususnya di wilayah Kediri Raya.
Mereka berharap karya-karya lokal dapat diakomodasi di jaringan bioskop seluruh Indonesia dan mendapat dukungan publikasi serta endorsement dari pemerintah.
Salah satu pegiat film sekaligus sutradara asal Kota Kediri, Harianto, menyampaikan optimisme bahwa Kediri bisa berkembang menjadi bagian dari industri film nasional.
“Saat ini kita mulai bergerak ke arah industri. Tanggal 20 April saya akan ke Jakarta untuk presentasi film yang mengangkat kearifan lokal budaya Kediri,” ungkap Harianto, Minggu (30/3/2025).
Ia berharap presentasinya dapat diterima Production House (PH) di Jakarta untuk kemudian diproduksi dan ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia.
Film Sebagai Branding Daerah
Ketua Umum Asosiasi Perfilman Kediri (APIK), Suhada, juga menegaskan, film tidak hanya sebagai karya seni semata, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi media promosi daerah.
“Pemerintah harus sadar, film bukan sekadar karya, tapi juga bisa menjadi corong branding suatu daerah ke tingkat nasional bahkan internasional,” ujar Suhada.
Ia menambahkan, hingga kini, perfilman Kediri masih berada di level komunitas independen dan belum sepenuhnya masuk ke ranah industri. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat para kreator film untuk terus berkarya.
“Tantangan utama kita adalah pembiayaan. Kalau ingin hasil bagus, tentu butuh biaya besar. Tapi kami terus mencari cara agar dengan dana terbatas pun, kualitas tetap terjaga,” imbuhnya.
Tanggung Jawab Moral dalam Berkarya
Di momen peringatan Hari Film Nasional ini, Suhada juga menekankan pentingnya tanggung jawab moral dalam berkarya.
Menurutnya, para pembuat film harus menghormati hak dan martabat orang lain, menjaga keakuratan informasi, serta menghindari konten berbahaya seperti kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian.
“Kami harap film maker di Kediri tetap solid, saling mendukung, dan menjaga hubungan baik dengan pemerintah serta seluruh stakeholder. Semangat berkarya harus terus menyala meski banyak tantangan di depan,” pungkas Suhada.
Editor : Ryan Haryanto