BATU, inews.id - Pernahkah anda membayangkan, kira-kira seperti apa ‘wajah-wajah Indonesia’ di negara lain? Katakanlah Semisal terdapat sebuah tempat yang jadi pusat berkumpulnya orang Indonesia di waktu-waktu tertentu.
Kali ini kita akan mengajakmu ‘jalan-jalan’ ke Hong Kong, tepatnya di Victoria Park, yang terletak di distrik Causeway Bay, tidak jauh dari kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia.
Suasana Victoria Park di Hari Libur
Victoria park yang juga dikenal sebagai kampungnya orang Indonesia di Hong Kong ini dijadikan para BMI sebagai tempat untuk beraktivitas untuk mengisi liburan.
Bahkan, orang-orang Hong Kong sendiri pasti akan berfikir ulang untuk jalan-jalan ke Victoria Park bertepatan pada hari Minggu atau hari-hari libur lainnya karena mendadak tempat ini menjadi ‘milik’ orang Indonesia.
Tidak susah menemukan orang-orang bicara dengan bahasa Indonesia, berlogat batak, bahasa Minang, dan tentu saja bahasa Jawa. Populasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Hong Kong saat ini mencapai lebih dari 150 ribu jiwa.
Ada yang berbeda di taman berukuran 19 hektar itu, khususnya pada hari Minggu atau hari libur. Mulai jam 9 pagi hingga 10 malam, taman yang namanya diambil dari ratu Inggris tersebut telah dipenuhi oleh orang-orang yang berasal dari Indonesia.
Victoria Park yang terhampar sejak 1950 memang sering jadi titik temu para pekerja migran Indonesia. Meskipun sekarang agak berkurang, karena sudah mulai menyebar ke daerah Mongkok, Tsim Sha Tsui, Mei Foo, Prince Edward, Sam Sui Po, dll, tapi tidak mengurangi popularitas Victoria Park sebagai ‘kampung Indonesia’ di Hong Kong.
Bahkan, hal itu juga diceritakan dalam film Minggu Pagi di Victoria Park (2010). Film yang disutradarai oleh Lola Amaria tersebut bercerita tentang kehidupan Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bekerja di Hong Kong.
Ada Apa Saja di Victoria Park?
Di hari minggu atau tanggal merah, Victoria Park menjadi tempat untuk bermacam-macam kegiatan mulai dari kursus-kursus seperti menjahit, merajut, rias pengantin, bela diri, menari tradisional.
Selain kursus, di Victoria Park juga sering jadi tempat mengaji. Selain kursus dan mengaji, banyak BMI yang membuka lapak jualan mereka di sana. Sebagai pengobat kerinduan pada tanah air, ada BMI yang jualan makanan Indonesia seperti soto ayam, nasi campur, ayam penyet, tempe, dan sebagainya.
Padahal sebenarnya aktivitas jualan itu ilegal, sehingga BMI sembunyi-sembunyi melakukannya karena sering terjadi penangkapan oleh pihak kepolisian Hong Kong. Selain menjual makanan, mereka juga banyak yang jual beli baju. Kebanyakan adalah baju-baju muslim syar’i, dan itu didapat dari online shop yang ternyata juga ilegal.
Indonesia di Mata Warga Hong Kong
Seperti yang diungkapkan oleh Devi, warga Hong Kong banyak mengenal orang Indonesia melalui BMI. Asisten rumah tangga dari Indonesia kebanyakan memang lancar berbahasa kantonis (bahasa lokal warga Hong Kong), sehingga dari merekalah orang-orang Hong Kong jadi lebih banyak tahu tentang Indonesia.
Meskipun demikian, masih banyak yang belum tahu di mana keberadaan negara Indonesia itu. Melihat banyaknya BMI yang berhijab, imajinasi mereka tentang Indonesia jadi ‘sepaket’ dengan perempuan berhijab.
Ruang Terbuka Hijau di Tengah Kota
Pada saat bulan Ramadhan dan hari lebaran, Victoria Park kembali menjadi titik temu. Bukan hanya muslim Indonesia, tapi juga warga muslim pendatang seperti Pakistan. Banyak warga muslim pendatang itu yang bisa mengikuti salat Id bersama di Victoria Park. Di hari lain, Victoria Park tetaplah ruang terbuka hijau di tengah kota.
Salah satu kegiatan di Victoria Park adalah kegiatan festival ‘Hong Kong Flower Show’ di Victoria Park yang diselenggarakan setiap tahun pada minggu ke tiga bulan Maret.
Itulah Victoria Park, tempat melihat wajah Indonesia di Hong Kong, khususnya saat hari Minggu atau hari libur. Jika kamu sedang berkesempatan jalan-jalan ke Hong Kong, tak ada salahnya untuk menyempatkan diri mampir ke Victoria Park sekaligus menengok kampung Indonesia di negeri seberang.
Editor : Bayu Pratama