BATU, iNews.id - Sebagian orang berpikir bahwa bulan September sama dengan bulan lainnya. Tidak ada yang spesial di bulan September, kecuali untuk mereka yang terlahir di bulan ini. Bahkan, tidak ada hari libur nasional di tahun ini yang berpihak pada bulan September.
Tampaknya September hanya dilewati dengan begitu saja dan tidak ada hal yang berkesan untuk dikenang. September terasa biasa saja, tetapi tahukah anda? bagi sebagian orang, bulan September begitu menyimpan sebuah peristiwa pilu yang sangat menyakitkan untuk diingat.
Pada bulan ini, khususnya di Indonesia terdapat banyak kasus dan juga peristiwa kelam yang telah menjadikan September sebagai bulang yang begitu menakutkan. Terdapat banyak rentetan tragedi yang terjadi tentang pelanggaran HAM. Bahkan sejumlah kasus yang sudah bergulir hingga saat ini masih menjadi sebuah misteri. Karena peristiwa yang sangat rumit dan kelam, menyebabkan kenangan luka yang begitu kelam. Bulan ini pun mendapatkan julukan sebagai "September Hitam".
Sama seperti pepatah asap yang muncul pasti karena ada apinya, akar tumbuhnya sebutan September Hitam mempunyai alasan tersendiri. Tragedi yang terjadi bukan hanya sejarah yang mudah dilupakan. Bertahun-tahun berlalu, kenangan akan rasa sakit dan kesedihan masih menyertai diri mereka yang kehilangan orang-orang tersayang di masa itu.
Sebut saja Tragedi Tanjung Priok. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 12 September 1984 ini merupakan tragedi kerusuhan yang telah menimpa antara para aparat Orde Baru dengan umuat Muslim Indonesia khusunya yang tinggal di Jakarta. Peristiwa berdarah ini terjadi oleh diterapkannya Pancasila sebagai asas tunggal. Sehingga semua organisasi saat itu harus berasaskan Pancasila, jika dilanggar maka akan dituduh sebagai anti Pancasila. Protes dan ketidaksetujuan telah disampaikan dengan berbagai cara, akhirnya berujung pada pertikaian yang telah menelan korban jiwa. Banyak diantara mereka harus meregang nyawa karena ditembus oleh timah panas yang telah membabi buta.
Jika masih kurang menghantam ingatan kita, kejadian pada tanggal 24 September 1999 terjadi peristiwa berdarah kembali. Tragedi yang disebabkan oleh ketidaksetujuan masyarakat terhadap keputusan DPR atas disahkannya UU PKB ini telah menimbulkan pertikaian antara mahasiswa dan Tentara Nasiional Indonesia. Saat itu demonstrasi atas penolakan di berbagai daerah di Indonesia terjadi karena masyarakat menganggap bahwa RUU itu dibuat hanya sebagai sarana menguatkan dominasi militer di Indonesia.
Tragedi kelam ini telag mengorbankan sedikit 11 orang meninggal, dan 217 orang luka-luka. Salah satu seorang korban yang secara nyata meninggal karena ditembal yaitu Yap Yun Hap, merupakan seorang mahasiswa UI yang tergeletak tak bernyawa di depan Universitas Atma Jawa di malam harinya. Mengutip dari laman BBC menyebutkan bahwasanya kasus tersebut suatu pelanggaran HAM berat dengan keterlibatan 50 orang atas penembakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Sebenarnya masih banyak kisah suram yang mengundang tangis tersimpan di bulan September. Sebut saja G30S PKI, yaitu terbunuhnya Aktivis HAM Munir dan kerusuhan di tahun 1965. Peristiwa ini bukan hanya menjadi sebuah kenangan, namun menjadi pembelajaran bagi semua orang, baik pemerintah maupun masyarakat bahwa dalam menegakkan keadilan harus juga menegakkan perlindungan HAM dan kemanusiaan. Jangan sampai ada lagi peristiwa dan tragedi berdarah di kemudian hari.
Cukup di masa lalu kita terluka, dan berjanjilah untuk tidak mengulanginya. September Hitam akan tetap ada untuk mengingatkan kita bahwa sesama manusia harus saling memanusiakan satu sama lain. Menolak lupa September Hitam tragedi kelam kemanusiaan yang berdarah.
Editor : Supriyono