get app
inews
Aa Read Next : Terima Ulasan Negatif di Google, King Abdi Tempuh Jalur Hukum

Pasutri di Malang Sukses Olah Bolen hingga Ekspor ke Eropa, Raup Cuan Rp70 Juta/Bulan

Senin, 24 Juni 2024 | 08:06 WIB
header img
Pasutri di Malang Sukses Olah Kue Bolen tembus pasar ekspor (Foto: Okezone)

MALANG, iNewsBatu.id - Bolen produksi UMKM asal Malang tembus pasar ekspor Asia Timur hingga Eropa. Bolen yang dikelola oleh pasangan suami istri (pasutri) Ismiati Solihah dan Sony Darmawan, ini memang mulai merambah pasaran ekspor.

Bolen khas Malang demikian tagline yang diusung dari produksi rumahan Jalan Borobudur Agung Timur 7 A Nomor 18 Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, memiliki rasa khas apel dan pisang Malang.

Rasa bolennya memang cukup khas, apalagi rasa apel manalagi khas Malang. Sementara di rasa pisang coklat, rasa pisang agung dari Dampit, Kabupaten Malang, begitu terasa. Sensasi dua buah asal Malang ini memang membedakan Bolen Malang dengan bolen-bolen asal Bandung, serta daerah-daerah lain.

Ismiati Solihah, pemilik usaha boleh menuturkan, ia memulai usaha bolennya pada tahun 2018 dengan modal Rp10 juta. Saat itu dirinya yang sering membuat kue-kue kering, berinisiatif membuat bolen karena bisa dimakan tak bergantung musiman.

"Kalau kue-kue kering kan musiman, lakunya kalau lebaran sama natal. Terus akhirnya berpikir, buat apa ya, kebetulan saya suka bikin kue, dan akhirnya ada resep diotak-atik. Dicoba, ditawari dulu selalu bawa produk untuk tester, dikasih beli," ucap Ismiati Solihah, ditemui di rumah produksi.

Perlahan tapi pasti, setelah memproduksi bolen di tahun 2018 mulai meningkat. Bahkan kini Ismi dan tiga karyawan di produksinya mampu memproduksi 50 boks hingga 200 boks per harinya, dengan satu boksnya berisikan 10 potong kue bolen.

"Kalau per bulannya bisa bulan 3.000 - 5.000, libur panjang gini sampai 6.000 sebulan, luar biasa banyak, pernah sampai nolak-nolak, karena nggak nututi tenaganya," ujarnya.

Beberapa kota besar di Indonesia menjadi pangsa pasar domestik kue bolen ini. Menurutnya, nyaris seluruh wilayah Jawa Timur sudah pernah menjadi pangsa pasarnya, kemudian di Bali, setidaknya ada 11 toko oleh-oleh yang menjual produk bolen.

Kemudian di Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, bahkan Ismi menyatakan pernah mengirim bolen itu ke Pulau Kalimantan hingga Sulawesi.

"Ketika Pandemi itu ramai-ramainya kirim ke Hongkong, itu pengiriman reguler, sebelum pandemi sudah mulai. Sekarang setelah pandemi masih tetap ada pengiriman reguler, terakhir itu ngirim 70 boks, setiap boksnya isi 10 bolen. Di sana ada reseller, biasanya dijual lagi, terus ke Malaysia juga, kemarin sempat difotokan bolennya sampai Malaysia," paparnya.

Perempuan berusia 48 tahun ini menambahkan, pangsa pasarnya kian bertambah ketika ada turis asal Prancis yang memesan bolen buatannya. Bahkan dalam rentang waktu setahun lebih terakhir turis itu rutin membeli produknya.

"Dia ini turis kemarin ke sini pesan 10 boks dibawa ke Paris katanya. Sudah beberapa kali pesan, biasanya yang dari luar kota, luar pulau, dan luar negeri tahu dari Instagram, terus repeat order (pesan lagi)," terangnya.

Bahkan beberapa hari ke depan kata Ismi, turis asal Perancis ini juga kembali memesan bolennya. Bolen itu rencananya akan dibawa ke Amsterdam, Belanda, untuk buah tangan temannya.

"Besok ini dia pesan lagi, katanya mau dibawa ke Amsterdam Belanda, dibuat oleh-oleh katanya," ucapnya.

Penuturan turis itu bolen buatannya memiliki rasa yang khas pada kulitnya. Selain itu, rasa apel disebut cukup khas, yang menjadi varian rasa ini favorit masyarakat di luar daerah dan luar negeri. Terlebih, pengemasan produk yang menarik juga menjadi daya tarik tersendiri.

"Kalau harganya sama semua, di luar negeri, luar pulau sama, yang isi 10 itu harganya Rp65 ribu, isi enam Rp45 ribu, isi empat itu Rp25 ribu. Kalau ke luar negeri dan pulau, beban pengiriman ditanggung yang pesan, karena kan transport-nya mahal," terangnya.

Kini dengan pangsa pasar yang sudah meluas hingga lua negeri membuat omzet penjualan bolen Malang melonjak tajam. Sebulan setidaknya pasutri ini bisa mengantongi keuntungan Rp50 juta-Rp70 juta.

"Sebulan sampai Rp50 juta-Rp70 juta, untuk kendalanya kita di ketahanannya, karena tidak bisa lama-lama di luar, di suhu ruangan itu maksimal 7 hari, kalau di kulkas bisa tahan 14 hari," jelasnya.

"Makanya awal-awal waktu buat itu kalau mendekati expired itu masih banyak kita kasih-kasihkan, karena nggak bisa tahan lama. Biasanya kalau dari freezer kulkas, sebelum dikonsumsi dipanasi dulu, untuk rasa kualitasnya masih sama," pungkasnya.

Editor : Ahmad Hilmiddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut