SURABAYA, Batu.iNews.id-Siapa yang tak kenal KH Utsman Al-Ishaqi, kiai besar asal Jatipurwo, Surabaya? Beliau bukan hanya seorang tokoh yang dihormati, tetapi juga memiliki garis keturunan yang mengagumkan, berasal dari Sunan Giri melalui ibunya dan Sunan Gunung Jati melalui ayahnya.
Lahir pada Rabu, bulan Jumadil Akhir tahun 1334 H (sekitar 1915 M), Muhammad Utsman bin Nadi al-Ishaqi adalah putra pasangan KH Munadi dan Nyai Hj Surati.
KH Utsman juga dikenal sebagai salah satu santri kesayangan Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, sang pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Masyarakat, khususnya di Jawa, mengenalnya sebagai seorang ulama ahli tasawuf yang mendirikan Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Raudlatul Muta’allimin di Jatipurwo, Semampir, Surabaya.
Lahir pada Rabu, bulan Jumadil Awal 1334 H (1915 M), Kiai Utsman adalah salah satu dzurriyah Nabi Muhammad SAW yang sudah menunjukkan karomahnya sejak kecil.
Kisah masa kecil Kiai Utsman begitu mengesankan. Suatu malam, saat pulang lebih dari jam 11 dengan tubuh penuh lumpur, diketahui jika beliau baru saja didekap oleh seekor buaya putih.
Tak hanya itu, saat berusia empat tahun, beliau sudah rutin berangkat ke Masjid Jami’ Sunan Ampel Surabaya setiap pagi pukul tiga, ditemani kakaknya, Nyai Khodijah. Di masjid, beliau membaca tahrim hingga pagi.
Yang menarik, setiap kali tiba di gerbang masjid, KH Utsman disambut oleh anak-anak kecil berkopiah putih yang tiba-tiba menghilang, dan muncul kembali untuk mengantarnya pulang.
Malam-malam Kiai Utsman dihabiskan di surau (musala) bersama kakeknya, Kiai Abdullah. Dalam tidur, dari mata beliau memancarkan cahaya terang yang seakan hendak menembus langit, membuat semua orang merasa segan untuk mendampinginya, kecuali Kiai Abdullah.
Bahkan, saat berusia enam tahun, ada momen luar biasa ketika banyak bintang turun dari langit dan memancarkan cahaya ke dekapan beliau.
Kecerdasan spiritual KH. Utsman mulai terlihat saat beliau berusia 13 tahun. Di usianya yang muda itu, beliau mampu melihat Ka’bah dari tempat berdiri dan mengamati perwujudan manusia berdasarkan amal perbuatannya. Beberapa tampak dalam bentuk anjing, babi, dan lain-lain.
Dikutip dari laduni..id, di Pondok Pesantren Rejoso, KH Utsman sering dikunjungi Nabi Khidir AS. dan menceritakannya kepada gurunya, KH Romli Tamim.
Pada suatu malam, sekitar pukul 02.00, KH Romli membaiat KH. Utsman sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah meskipun KH. Utsman merasa belum siap. Namun, Kiai Romli tetap melaksanakan baiat tersebut.
Tak lama setelah itu, KH. Utsman juga dibaiat oleh Syekh Abdul Qadir Jailani dan Nabi Khidir sebagai Mursyid Masyayikh Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah, serta mendapatkan izin untuk membaiat.
Kisah hidup KH. Utsman adalah kisah yang penuh keajaiban dan inspirasi, mengingatkan kita akan pentingnya iman dan ketekunan dalam menjalani kehidupan.
Editor : Ryan Haryanto