BATU, iNews.id - Toleransi antar sesama sudah tidak asing lagi di negara kita yaitu Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki beragam kebudayaan sehingga sikap toleransi sudah wajar di tanah air yang dimana sudah ada sejak zaman dahulu. Apalagi toleransi antar umat beragama sudah melekat di hati masyarakat Indonesia.
Istilah toleransi bagi umat beragama sangat sederhana yaitu sikap saling menghargai dan menghormati dengan umat yang berbeda keyakinan. Apapun itu agama yang diyakini, sikap toleransi harus diterapkan oleg masyarakat. Selama agama yang diyakini itu telah masuk dalam agama resmi di Indonesia.
Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di Desa Tanon sikap toleransi antar umat beragama telah ada sejak lama karena di daerah ini terdapat empat macam agama yang berbeda namun sudah hidup berdampingan dan rukun tanpa membedakan keyakinan masing-masing.
Menurut salah satu tokoh masyarakat sekitar yaitu pak Radi (narasumber) toleransi antar ymat beragama di Desa Tanon sudah melekat pada diri masyarakat sekitar. Karena sudah dari dulu keempat agama tersebut hidup saling berdampingan dan saling menghargai perbedaan satu sama lain. Keempat agama tersebut adalah Islam, Katolik, Kristen, dan Hindu.
Keberagaman di Desa Tanon menjadikan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain yang semakin tinggi dan sudah tertanam di hati masyarakat. Sikap tersebut tidak hanya dilakukan saat melakukan ibadah saja melainkan seperti kegiatan rutin masyarakat yang dilakukan, bahkan di setiap hari raya dari masing-masing agama. Masyarakat disana ikut serta untuk melakukannya meskipun berbeda keyakinan.
Seperti adanya kegiatan rutin memperingati 17 Agustus 1945 yaitu hari kemerdekaan Indonesia. Biasanya daerah tersebut mengadakan acara doa bersama seluruh masyarakat desa dari keempat agama yang ada di sekitar Desa Tanon. Doa bersama dilakukan di suatu tempat yaitu tugu kopral kasemo yang berada di sekitar desa Tanon. Doa bersama dilakukan berdasarkan kepercayaan masing-masing yang pastinya setiap orang berbeda agama.
Tujuan dari doa bersama yang dilakukan adalah demi kepentingan masing-masing individu maupun kelompok dan juga kepentingan bersama untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, nyaman, dan damai dalam bermasyarakat.
Tidak cukup disitu saja kegiatan keagamaan di desa Tanon, misalnya hari raya Islam yatu Idul Fitri, penjaga keamanannya ketika hari raya berlangsung yaitu dari pihak agama lain seperti pencalang dari agama Hindu. Ketika pelaksanaan idul fitri semua masyarakat ikut berbondong-bondong melakukan salam-salaman dan mengunjungi setiap rumah tetangga yang ada disana serta tidak memandang dari agama manapun.
Kegiatan agama lain seperti ogoh-ogoh dan hari raya nyepi itupun masyarakat desa tersebut saling membantu dan menghormati perbedaan satu sama lain. "Seperti kegiatan ogoh-ogoh kemaren penjaganya adalah banser dan saat pelaksanaan hari raya nyepi besoknya pasti ada acara untuk berkunjung, orang-orang yang beragama Islam pun ikut berkunjung ke rumah orang yang menganut agama Hindu", ujar Pak Radi Tokoh Masyarakat Sekitar.
Desa ini memiliki sikap toleransi antar umat beragama yang sudah dijunjung tinggi sejak zaman dahulu dan masyarakat sekitar hidup dengan tentram dan damai meskipun berbeda keyakinan. Kesimpulan yang bisa ditarik adalah menanamkan sikap toleransi antar sesama itu penting yang bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Karena pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain.
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika menjalin tali persaudaraan yang kuat dan erat dalam hidup bermasyarakat untuk menciptakan kehidupan yang tentram dan damai serta harmonis.
Editor : Supriyono