Ia baru dibantu bangkit saat acara upacara dimulai, ketika para orang tua mulai berdatangan.
Awalnya, anak tersebut hanya didiagnosis dengan cedera otot ringan dan diberi salep di rumah sakit terdekat.
Namun, kondisi anak itu memburuk hingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Afiliasi Jining Medical College, di mana ia didiagnosis dengan rhabdomyolysis, sebuah kondisi serius yang merusak otot dan dapat mengganggu fungsi organ hati dan ginjal.
Setelah dirawat selama 13 hari, anak laki-laki tersebut diizinkan pulang, tetapi kondisinya tidak akan pulih sepenuhnya. Kini, ia mengalami atrofi otot kaki serta kerusakan pada hati dan ginjal, sehingga tidak dapat menjalani kehidupan normal atau beraktivitas fisik.
Ibu anak tersebut tidak terima dengan perlakuan semena-mena yang diterima putranya, mengungkapkan bahwa hukuman fisik tersebut hampir membuatnya cacat seumur hidup. Pihak penyelenggara kamp yang awalnya membantah kejadian itu akhirnya mengakui setelah ada kesaksian dari anak-anak lain.
Saat ini, proses hukum sedang berlangsung antara kedua belah pihak.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta