BATU, iNews.id - Batik adalah sebuah kain bercorak khas yang dimiliki Indonesia dan merupakan salah satu identitas yang dimiliki oleh negeri ini.
Kita tentu patut berbangga karena batik sudah diakui oleh UNESCO. Batik juga sudah menjadi salah satu pakaian resmi yang bisa dipakai di berbagai macam kegiatan. Karena itulah, ketika kita memakai batik tentu memiliki kebanggan tersendiri.
Sebagaimana kita tahu, batik memiliki corak yang beragam. Dari corak-corak tersebut, ternyata ada makna yang berbeda-beda dan juga arti yang mendalam.
Nah, berikut ini adalah beberapa corak yang cukup terkenal di Indonesia dan ternyata memiliki makna yang penting untuk kita pahami.
Batik Parang adalah salah satu batik yang cukup dikenal di Indonesia. Batik ini cukup dikenal di Pulau Jawa. Batik parang diambil dari kata ‘pereng’ yang berarti lembah atau lereng.
Batik yang dinilai menjadi motif paling tua ini mempunyai makna yang tidak pernah menyerah, seperti ombak yang tidak pernah surut. Selain itu, batik parang juga menggambarkan sebuah pertalian yang tidak pernah usai.
Banyak juga yang menganggap jika batik ini memiliki arti tentang perjuangan untuk kesejahteraan. Jadi, buat kamu yang suka pakai batik motif ini, ada baiknya juga menanamkan nilai dan makna parang yang pantang menyerah.
Batik Mega Mendung adalah corak batik khas dari daerah Cirebon. Corak mega mendung sudah dikenal sejak jaman Sunan Gunung Jati.
Seperti namanya, batik ini menggambarkan sebuah awan yang menggelantung dan berbaris-baris. Awan menurut paham Taoisme memiliki makna tentang dunia luas dan juga memiliki makna keutuhan.
Selain itu, mega mendung memiliki tujuh lapis warna yang mesti dikerjakan dengan penuh ketelitian juga kesabaran. Karena itu bagi mereka yang menggunakan batik mega mendung sebagai media berpakaian, harus memiliki hati yang dapat menerima juga sabar.
Mereka yang menggunakan mega mendung juga harus bisa jadi penengah ketika disekelilingnya tengah ada selisih paham.
Corak batik yang satu ini juga tak kalah populernya. Motif ini sering kita jumpai di banyak kain juga pakaian oleh karena motif yang sederhana dan selalu elegan jika dikenakan.
Motif kawung meski simpel tapi tetap memiliki makna yang juga mendalam. Batik ini punya arti tentang keyakinan akan setiap perjuangan. Motif ini mengajarkan konsistensi dan kerja keras, bagaimanapun sulitnya hidup.
Selain itu, motif kawung bermakna jika semua hal yang telah dilakukan pasti akan menuai hasil. Bagi mereka yang memakai batik corak ini, mestinya memiliki jiwa yang positif, optimistis, dan tentu selalu tetap berikhtiar serta memasrahkan diri segala sesuatunya kepada Tuhan.
4.Batik Gurdo
Corak batik yang satu ini menjadi salah satu motif yang eksklusif. Gurdo yang berasal dari kata garuda, yang dulu merupakan motif yang biasa dipakai oleh para raja, dan kini identik dengan para pemimpin.
Menurut kepercayaan Hindu, Garuda adalah tunggangan sang Dewa Wisnu. Karena itulah, motif ini juga sekaligus melambangkan ketinggian derajat seseorang. Selain itu, garuda juga menurut orang-orang jawa memiliki makna kejantanan.
Motif gurdo lebih banyak dipakai oleh kaum adam. Kini, tidak ada batasan lagi siapa yang berhak memakai batik gurdo. Meski begitu sebaiknya mereka yang memakai batik motif gurdo mesti memiliki jiwa pemimpin yang senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain.
5.Parikesit
Terakhir ada corak batik parikesit. Motif ini juga jadi salah satu yang menjadi primadona di antara motif lain. Motif ini juga selalu terlihat resmi dan cocok untuk dipakai di banyak kesempatan.
Motif ini bisa menginspirasi kita memiliki jiwa pekerja keras. Ya, Parikesit punya filosofi mendalam tentang pekerjaan yang dilakukan dengan tanpa henti. Tentu, Parikesit juga memiliki makna sportif dalam berusaha.
Nah, bagi kamu yang pakai motif ini seharusnya kamu pantang menyerah dalam menghadapai segala cobaan. Kamu yang memakai parikesit juga mesti berlaku sportif dan tidak menghalalkan segala cara untuk mengapai cita-cita yang ingin kamu gapai.
Itulah 5 corak batik yang terkenal di Indonesia. Marilah kita lestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa.
Editor : Dean Ismail
Artikel Terkait