BATU, iNews.id - Dalam dunia psikologi ada istilah eccedentesiast, yaitu menyembunyikan kesedihan dengan senyuman. Hal tersebut dilakukan untuk sementara waktu di depan orang lain supaya tidak terlihat bersedih.
Pada umumnya, Eccedentesiast adalah mereka yang bersembunyi di balik senyuman untuk meyakinkan seseorang bahwa dia berbahagia. Sebagian orang menyebutnya dengan smiling depression, di mana hal itu termasuk jenis stres yang sering tidak terdeteksi, sehingga mampu berpengaruh pada kesehatan mental.
Keadaan itu pasti berbahaya karena berpengaruh pada kesehatan mental.Lalu, apa orang yang menyembunyikan kesedihan alias eccedentesiast?
1. Terlihat riang dan ceria sepanjang waktu
Kebahagiaan diingini hampir setiap orang, tetapi faktanya hidup tidak selamanya bahagia kan? Seorang dengan eccendetesiast selalu terlihat riang dan ceria di depan seseorang. Untuk orang sekitar, seakan tidak punya beban hidup. Untuk orang dengan eccedentesiast, kesedihan, luka, dan tertekan cukup dirinya sendiri yang merasakan apabila orang lain tahu menganggap bikin lebih repot.
2. Cenderung introver
Tidak ingin seseorang masuk terlalu dalam pada kesedihannya, beberapa ciri orang dengan eccedentesiast cenderung tertutup dan menyendiri. Walau terlihat mandiri, dia tidak terlalu ingin dibantu oleh seseorang.
3. Cerita dengan teman terdekat
Orang yang lain bukan teman dekatnya tidak benar-benar tahu bagaimana hati sebenarnya. Beberapa ciri selanjutnya dari orang dengan eccedentesiast cuma bercerita mengenai perasaannya ke orang terdekat saja.
Sebetulnya eccedentesiast bukan orang yang ‘dingin', dia masih tetap merasakan emosi-emosi negatif tapi tidak menunjukkannya kecuali pada temannya terdekat.
4. Nafsu makan berubah
Sebagian orang yang menyimpan perasaan tidak berbahagia rapat-rapat mengalami perubahan nafsu makan. Ada yang menjadi makan banyak, ada juga sebaliknya. Perubahan berat badan bisa juga dialami oleh orang dengan eccedentesiast.
5. Hilangnya minat dengan aktivitas yang disenangi
Seseorang dengan smiling depression kemungkinan tidak tertarik kembali melakukan aktivitas yang awalnya mereka nikmati. Ini karena tumbuhnya rasa bersalah, tidak berharga, dan putus asa. Walau di depan orang lain terlihat optimis dan ceria, tapi dalam hatinya perlu mengekspresikan apa yang sebenarnya ia rasakan.
Sembunyikan perasaan sedih dan putus asa, dipilih karena beberapa alasan. Pertama, seorang dengan eccedentesiast ingin melindungi privasi mereka. Alasan lain diantaranya takut dihakimi, takut membebani seseorang, merasa malu, pernah menerima penolakan yang menyakitkan, takut memperoleh menerima konsekuensi, khawatir dinilai lemah oleh seseorang, merasa bersalah, dan punya pandangan tentang kebahagiaan tapi tidak realistis.
Orang perfeksionis sering menguasai cara supaya terlihat ‘sempurna'. Dan untuk beberapa orang, itu berarti menyembunyikan rasa sakit atau mengalami masalah.
Cara mengatasi eccedentesiast, bila tidak terkendali atau mendorong keinginan untuk melukai diri dibutuhkan diagnosis oleh profesional. Cara mengatasi dapat dengan terapi, terapi wicara, dan perubahan gaya hidup seperti diet dan olahraga.
Editor : Supriyono