BATU, iNews.id - Alat musik Lalove sebagai alat musik tradisional berasal dari Sulawesi tengah, persisnya dari Suku Kaili. Lalove terhitung alat musik tiup yang sama dengan suling, tetapi lebih panjang. Alat musik tradisonal Lalove bisa hasilkan lima nada mayor.
Untuk warga Suku Kaili, Lalove tidak sekedar hanya alat musik tradisional biasa. Mereka memandang Lalove sebagai alat musik yang mempunyai nilai kesakralan, yaitu dipercayai bisa mengobati penyakit. Dikutip dari situs kemdikbud.go.id, Lalove bisa diasumsikan sebagai siulan yang didengar dari kejauhan.
Kisah di Balik Lalove
Walau tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali alat musik Lalove dibikin. Tetapi, alat tradisional musik ini diprediksi telah ada semenjak jaman pra sejarah Suku Kaili. Alat musik tradisional Lalove mempunyai hubungan dengan legenda Sawerigading.
Sawerigading datang di Tanah Kaili dan ingin meminang Ngilinayo, raja wanita dari Kerajaan Sigi. Ngilinayo juga ajukan satu persyaratan, yakni melangsungkan adu di antara ke-2 ayam punya mereka.
Untuk menyemarakkan situasi, asu ayam itu disertai beberapa alat musik yang diusung oleh Sawerigading, termasuk Lalove.
Suara merdu alat musik tradisional ini, membuat semua warga berkumpul, termasuk mereka yang sedang terserang sakit.
Pada jaman dulu, Lalove cuma bisa dimainkan oleh orang khusus yang disebutkan bule. Alat musik ini perlu tehnik tiup yang tinggi dan sempurna.
Umumnya, beberapa orang berusia senja yang sanggup tiup Lalove. Tetapi, sekarang telah banyak mulai anak muda turut belajar mainkan alat musik ini.
Alat musik ini sebagai peralatan wajib di dalam upacara Balia, salah satunya upacara tradisional ciri khas Suku Kaili yang mempunyai tujuan sebagai proses pengobatan.
Alat Musik Tradisional yang Keramat
Dalam upacara itu, alat musik tradisional ini dimainkan untuk panggil beberapa roh halus. Lalove dimainkan sepanjang proses pengobatan, bahkan juga sampai beberapa jam. Fungsinya yang keramat, membuat Lalove terlarang dimainkan oleh sembarangan orang.
Bila hal tersebut dilaksanakan, dipercayai sang pemain bisa kerasukan. Fungsi yang keramat jadikan proses pembuatan Lalove berjalan sakral.
Alat musik ini dibuat dari buluh bambu pilihan yang didapatkan dari pegunungan atau bukit tinggi.
Saat sebelum menebang bambu, perajin harus ucapkan tabe atau ijin ke arwah yang dipercaya menanti bukit itu.
Ritual itu dibarengi dengan pemberian sesajen berbentuk ayam putih. Sesudah menebang buluh bambu sekitar tiga tangkai, perajin lalu ke saluran sungai.
Ketiga buluh bambu juga dihanyutkan. Bambu yang tenggelam lebih dulu sebagai bambu khusus yang nanti diputuskan untuk dibikin jadi Lalove.
Sesudah dipilih, buluh bambu itu lalu dikeringkan dan dipotong.
Salah satunya ujung dipotong sampai batas buku, dan batas buku pada ujung lainnya didiamkan. Ujung yang mempunyai buku ini dipotong sedikit dan dililitkan rotan. Nanti, sisi ini dipakai untuk tempat tiup Lalove.
Di sisi yang bersimpangan, dibikin 6 buah lubang dengan masing-masing tiga lubang pada sebuah barisan. Ketiga lubang ini mempunyai jarak sekitaran 2 cm. Sementara antara barisan satu sama lainnya memiliki jarak sekitaran 5 cm.
Pada bagian ujung yang terbuka dikasih buluh yang lain semakin besar yang disebutkan solonga. Solonga inilah yang membuat suara Lalove kedengar lebih keras.
Pembikinan Lalove yang keramat dapat memerlukan waktu beberapa hari, karena dalam setiap tingkatan dibutuhkan ritus dan sarat dengan mantra-mantra.
Sementara, Lalove kekinian yang dibikin tanpa upacara keramat cuma memerlukan waktu pembuatan sekitaran tiga jam.
Walau beberapa kelompok masyarakat masih jadikan Lalove sebagai alat musik keramat, tetapi beberapa lainnya menjadikan cuma untuk fasilitas selingan.
Lalove sering dipakai untuk menemani tari tradisionil, untuk pergelaran seni. Lalove bahkan juga dapat dipadukan dengan alat musik lain.
Update kumpulan berita Sulawesi Tengah, di tahun 2019 lalu Lalove akhirnya diputuskan sebagai Peninggalan Budaya Tidak Benda dari Sulawesi tengah.
Alat musik tradisionia ini, menjadi satu diantara kebanggaan Sulawesi tengah.
Bahkan juga, Lalove menjadi satu diantara ide dalam pembangunan tiang Jembatan V atau saat ini namanya Jembatan Lalove.
Jembatan ini juga jadi icon Propinsi Sulawesi tengah
Editor : Bayu Pratama
Artikel Terkait