BATU, iNewsBatu.id - Sunan Kalijaga, salah satu wali songo yang paling terkenal, merupakan sosok sentral dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Beliau dilahirkan dengan nama Raden Said sekitar tahun 1400-an dari keluarga bangsawan Tuban.
Masa muda Sunan Kalijaga dikenal penuh semangat dan pemberontakan, hingga mendapat julukan "Brandal Lokajaya". Namun, seiring waktu, beliau mengalami perjalanan spiritual yang membawanya menjadi wali yang dihormati dan dicintai.
Pesan Sunan Kalijaga :
“Yen wis tiba titiwancine kali-kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange, wong wadon ilang wirange, mangka enggal- enggala tapa lelana njlajah desa milang kori, patang sasi aja ngasik balik yen durung entuk pituduh saka Gusti Allaah”.
“Jika sudah tiba jamannya di mana sungai-sungai hilang kedalamannya, pasar kehilangan keramaiannya, para wanita kehilangan rasa malunya, maka segeralah menjalankan perjalanan spiritual dari desa ke desa empat bulan lamanya, jangan kembali sebelum mendapatkan peetunjuk dari Allaah”.
KALI-KALI ILANG KEDUNGE (BANYAK SUNGAI MENJADI DANGKAL)
Mengandung makna, banyak manusia berilmu yang sudah tidak mahu mengamalkan ilmunya. Di jaman yang serba modern ini, seperti sudah tidak ada sesuatu yang gratis. Manusia terpola dalam kehidupan konsumtif dan komersial, sehingga rasa sosial menjadi luntur. Jika ingin mendapatkan ilmu maka harus membayar mahal. Ringkasnya banyak orang-orang berilmu mengkomersilkan illmunya.
PASAR ILANG KUMANDANGE (PASAR MENJADI SEPI)
Mengandung makna, tempat-tempat kebaikan seperti Masjid, Mushalla, Majlis Ta’lim dan Pondok Pesantren menjadi sepi, pasar adalah tempat berbelanja segala kebutuhan hidup, begitu juga tempat-tempat ibadah dan ilmu merupakan kebutuhan pokok manusia dalam memenuhi kewajibannya kepada Allaah. Orientasi hidup manusia hanyalah memenuhi kebahagiaan dunia dan mengesampingkan kebutuhan ahirat. Hidup tanpa pengendalian diri dan lebih condong pada kehidupan hedonis materialistik.
WONG WADON ILANG WIRANGE (WANITA KEHILANGAN RASA MALUNYA)
Mengandung makna, wanita modern tidak merasa tabu lagi mengeksploitasi keindahan tubuhnya, sepertinya mereka bangga kalau bagian-bagian tubuh yang semestinya disembunyikan dan ditutupi itu menjadi sebuah tontonan.
Wanita yang seharusnya menempatkan dirinya sebagai madrasah pertama bagi anak-anak mereka jutru menghinakan dirinya dengan pakaian yang selayaknya tidak pantas ditiru anak anak. Selain dalam hal berpakaian, banyak wanita yang berhias diri ketika keluar rumah tapi tak pernah berhias untuk suaminya dirumah.
semoga bermanfaat
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait