Kisah Kerang Gaib dan Kyai Tuan Siap Meriahkan Bromo Sunset and Culture 2

Ryan Haryanto
Bromo Sunset and Culture 2 akan digelar pada Sabtu 17 Mei 2025. (Foto: iNews/BSC)

PROBOLINGGO, iNews.id – Langit senja Bromo kembali bersiap menjadi saksi gelaran budaya spektakuler. Setelah sukses di edisi perdana pada Sabtu (19/4/2025) lalu, Bromo Sunset and Culture kembali hadir untuk kali kedua pada Sabtu, 17 Mei 2025 di Amphitheater Seruni Point.

Kali ini, acara tersebut hadir dengan kemasan baru yang memikat dengan memadukan semangat kontemporer parade 90-an dengan kekayaan cerita rakyat dari Desa Sumberkerang, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Gaya klasik ala generasi 90-an akan menyatu harmonis dengan pertunjukan tradisi, menjanjikan pengalaman visual dan emosional yang menggugah.

Kepala Disporapar Kabupaten Probolinggo, Heri Mulyadi, menyebut konsep ini lahir dari keinginan menghadirkan ruang kreatif yang segar tanpa meninggalkan akar budaya lokal.

“Kami ingin menghidupkan kembali semangat era 90-an yang sarat warna dan ekspresi, sambil tetap menggali cerita-cerita lokal yang penuh makna,” ujar Heri.

Salah satu sorotan utama adalah pertunjukan kolaboratif dari Sanggar Trigerta, yang akan mengangkat kisah Sumber Kerang, sebuah folklore tentang asal-usul air kehidupan dari tanah yang dulunya dianggap angker.


Bromo Sunset and Culture 2. (Foto: BSC)

Cerita ini akan dibalut dalam dramatari, musik, dan tata panggung sinematik yang kuat.

Menurut Heri, kisah ini berawal dari mitos tentang dua kerang raksasa yang dijaga makhluk gaib dan menjadi tempat terlarang. 

Hingga datanglah sepasang pengelana dari Madura, Kyai Tuan dan Nyai Tuan, yang tengah mencari sumber air.

Setelah melalui pergulatan batin dan spiritual, Kyai Tuan mendapatkan petunjuk bahwa di balik kerang tersebut tersembunyi mata air suci.

Alih-alih menaklukkan makhluk gaib penjaga kerang, masyarakat justru berjuang bersama untuk memahami pesan yang dibawa.

Air pun memancar, bukan hanya menyuburkan tanah, tapi juga menyuburkan kesadaran bahwa dalam kegelapan, bisa muncul secercah cahaya kehidupan.

“Cerita ini adalah metafora tentang keberanian mengubah ketakutan menjadi harapan. Dan lewat panggung ini, kami ingin mengajak penonton merenung sekaligus bersenang-senang,” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Probolinggo, dr Muhammad Haris Damanhuri Romly atau Gus Haris, menyambut positif event ini sebagai bentuk inovasi budaya yang relevan dengan zaman.

Ia menilai Bromo Sunset and Culture bukan hanya tontonan artistik, tapi juga ruang afirmasi bagi identitas kultural masyarakat Kabupaten Probolinggo.

“Kita punya warisan cerita yang luar biasa. Melalui acara seperti ini, nilai-nilai lokal bisa dibawa naik ke panggung nasional bahkan internasional. Apalagi dikemas kreatif dan menyentuh generasi muda,” ujar Gus Haris, Senin (12/5/2025).

Ia juga menekankan, pengembangan pariwisata di Probolinggo harus sejalan dengan pelestarian budaya.

“Wisata yang kuat adalah wisata yang punya cerita. Dan di Bromo, kita punya cerita itu. Tinggal bagaimana kita kemas dengan cerdas dan membanggakan,” tambahnya.

Tak hanya pertunjukan seni, acara ini juga akan diramaikan dengan parade busana, jajanan jadul, hingga musik era 90-an yang mengajak nostalgia.

Kawula muda, keluarga, hingga penikmat budaya lintas generasi dipastikan akan mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan.

Disporapar Kabupaten Probolinggo berharap, Bromo Sunset and Culture 2 tak sekadar jadi tontonan, tapi juga ruang bagi regenerasi pelaku seni untuk tumbuh dan berjejaring.

“Bromo bukan hanya destinasi, tapi juga panggung masa depan budaya kita,” pungkas mantan Plt Kepala Dinas Kominfo itu.

Editor : Ryan Haryanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network