BATU, iNews.id - Hidup di pondok pesantren, pasti ada beberapa kebiasaan santri yang patut dikenang dan ditertawakan. Mojok Institute merangkumnya khusus untukmu; santri-santri yang habis di-ghosob.
Menjadi santri adalah menjadi tangguh: tangguh dalam iman, tangguh dalam keterbatasan, tangguh dalam kerinduan (halah~), dan, tentu saja, tangguh dalam kehidupan di pondok pesantren.
Meski sedikit serupa dalam hal hidup bersama teman-teman, tolong jangan berekspektasi hidup santri serupa dengan hidup ala Harry Potter dan Ron Weasley di Hogwarts.
Setidaknya, kami rasa, Harry dan Ron tidak mengalami aneka rupa kebiasaan santri di bawah ini yang sebenarnya bernilai kenangan tinggi:
1. Gatal-Gatal, lalu Garuk-Garuk
Entah ini salah air di pondok pesantren atau memang merupakan proses tumbuh-kembang setiap manusia, santri umumnya tidak akan ketinggalan merasakan gatal-gatal di pondoknya sendiri. Alhasil, hobi mereka juga bertambah: garuk-garuk di manapun, tetapi umumnya lebih intens pada malam hari sebelum tidur.
Konon, seorang ustaz pernah berkata, "Kalau belum garuk-garuk, belum jadi anak pondok." Hadeh!
2. Nitip Cucian
Sebagai manusia yang berbudi luhur, santri pasti ingin bersikap mandiri dan dapat diandalkan, bahkan juga pada hal-hal kecil sekalinya. Karena itu, seringkali dia mengambil ember dan baju kotor untuk dicuci, sampai sebuah suara datang, "Saya titip cuciin baju satu, ya," diikuti kalimat yang sama dari 5 orang berikutnya—bahkan lebih.
Hadeeeeh, aslinya ingin nyuci sedikit, malah jadi petugas laundry dadakan~
3. Seprai Dibalik
Menganut prinsip kesetaraan dalam semua aspek, ada saja santri yang cara berpikirnya out of the box. Alih-alih mencuci seprai kasur yang sudah hampir 2 minggu tidak ganti, dia justru menggunakannya terbalik—sisi dalamnya kini ada di luar.
"Kan yang dalam masih bersih. Kira saja ini side B." begitu alasannya pada kebiasaan santri yang ini. Sungguh epic!
4. Darurat Pakaian Dalam
Namanya buru-buru dan dikejar kenangan jadwal yang padat, kadang santri bisa juga khilaf, Saudara-saudara. Saat akan bersiap-siap, tak sedikit dari santri ini menyadari jika ada yang hilang dari dirinya: pakaian dalam!!!1!!!1!!
Untuk menyelamatkan harkat dan martabatnya, dia juga berkeliling, baik di seluruh penjuru kamar atau tempat jemuran. Eh, ndilalah, ada yang nganggur . Jadi, ya, dipakai saja dahulu meski belum tahu itu punya siapa. Kebersamaan ialah kunci, Bro!
5. Bawa Banyak Makanan Setiap Kali Ditengok
Ilustrasi Kebiasaan Santri. (okezone.com)
Katanya, teman-teman di pondok pesantren akan menghabiskan makanan yang kamu bisa dari orang tua saat baru saja dilihat. Nah, kebiasaan santri ini juga mendorong para santri untuk mempersiapkan diri dengan strategi perang yang lebih baik.
Saat dikunjungi orang tua, santri umumnya dibawakan banyak makanan, baik untuk dirinya sendiri atau teman-teman. Supaya jatahnya aman, tak jarang santri meminta porsi tambahan untuk dirinya sendiri supaya tidak ikut habis diserbu teman.
Yaaaah, padahal sih ujung-ujungnya porsi tambahan itu tetap dimakan bareng.
6. Bikin Bantal dari Buntelan Sarung
Baik baju bersih yang belum disetrika atau pakaian kotor yang ingin dicuci, semua disimpan jadi satu ke buntelan sarung yang diikat. Selainnya meringkas barang bawaan, hal ini membuat santri mendapatkan benefit baru: punya bantal instan yang nikmat buat tidur!
Yhaaa, lumayan, lah, kebiasaan santri ini menghasilkan karya nyata.
7. Ghosob Dulu, Ghosob Lagi, Ghosob Terus
Ghosob merujuk pada tindakan pemanfaatan barang seseorang tanpa izin si pemilik. Hampir sama dengan mencuri, tetapi pelakunya sesungguhnya tidak punyai niat untuk mempunyai hatimu.
Naaaah, ini ialah kebiasaan santri sebagai ‘jantung' kehidupan di pondok pesantren. Sandal baru yang kamu beli kemarin sore, sarung tenun emas kiriman dari orang rumah, atau baju koko yang baru kamu cuci—mendadak hilang semua dari tempatnya, meninggalkanmu dalam kebingungan dan kehampaan karena menyadari dirimu sudah di-ghosob.
Sampai kapan? Ya tidak tahu. Mending kamu ghosob punya temenmu yang lain dulu, lah!
Editor : Supriyono