Beralih Kepemilikan
Pada akhir 1980-an, PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel menghadapi masalah ketika pabrik kretek ini tidak mampu membayar pinjamannya ke BRI dan Bank Bumi Daya senilai US$ 170 juta.
Masalah ini baru terungkap ke publik pada September 1991 dan menjadi pemberitaan berbagai media massa. Memasuki tahun tersebut, hutang Bentoel, termasuk ke kreditor asing sudah menggelembung menjadi US$ 350 juta dan perusahaan ini terikat krisis likuiditas.
Ada yang menganggap masalah ini, merupakan efek dari devaluasi mata uang oleh pemerintah, ada juga yang menganggap bahwa ini merupakan akibat dari pertikaian keluarga pemilik.
Namun ada juga yang menganggap Presiden Direktur Bentoel pada saat itu, Budhiwijaya Kusumanegara (yang merupakan generasi ketiga keturunan Ong Hok Liong) tidak bagus dalam mengelola salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia ini. Budhiwijaya dituduh telah menyelewengkan pinjaman itu untuk kepentingannya sendiri.
Keluarga pendiri kemudian memutuskan untuk menawarkan 70% sahamnya dan sepanjang Juni-Oktober 1991 sejumlah pengusaha, termasuk putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra berusaha untuk membelinya walaupun gagal. Pada akhirnya, yang mendapatkan PR Bentoel adalah Peter Sondakh dan Rajawali Wira Bhakti Utama-nya.
Pendirian PT Bentoel Prima merupakan wujud dari upaya Rajawali untuk memprofesionalisasikan manajemen perusahaan yang sebelumnya dikelola keluarga Ong selama 60 tahun tersebut.
PT Bentoel Prima didirikan pada tahun 1997, dan sebagai modal awalnya adalah aset PT PR Tjap Bentoel yang diserahkan pada perusahaan ini. Untuk memuluskan rencananya, Peter secara langsung melakukan negosiasi dengan para kreditor agar perusahaan ini bisa berjalan dan berusaha mengatasi 21 masalah/akar kerugian yang menimpa Bentoel.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait