Hasil baiknya, sejak 24 Maret 1997, PT Bentoel Prima sudah terlepas dari aneka hutang lamanya, tanpa melakukan PHK dan di tahun 1999 perusahaan ini sudah bisa mendapatkan untung.
Di tahun 2000, PT Bentoel Prima mengalami masalah karena terjerat hutang ke BPPN senilai Rp 281 miliar. PT Transindo yang sudah dibawah kendali Bhakti kemudian mengakuisisi 75% saham Bentoel Prima dari tangan Rajawali (dan 75% PT Lestariputra Wirasejati, yang memproduksi rokok Star Mild) dengan total transaksi Rp 349 miliar.
Sejak saat itu, praktis saham mayoritas PT Bentoel Prima dimiliki oleh PT Transindo Multi Prima dengan sisanya dimiliki langsung oleh Rajawali dan pihak lain.
Artinya, bisa dikatakan bahwa PT Bentoel Prima kini bisa masuk ke bursa saham dengan metode backdoor listing. Seiring proses ini, pada 11 Februari 2000, PT Transindo Multi Prima resmi berganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk yang menjadi perusahaan induk dari dua pabrik rokok yang sudah diakuisisinya tersebut.
Diambil Alih British American Tobacco
British American Tobacco (BAT) resmi mengambil alih 85% saham pengendali di perusahaan rokok terbesar nomor 4 di Indonesia, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), dari PT Rajawali Corpora dan para pemegang saham lainnya dengan harga US$ 494 juta.
BAT telah mengakuisisi 85% saham Bentoel senilai US$ 494 juta.Harga tersebut setara dengan Rp873 per saham, dengan premi sebesar 20 persen diatas harga penutupan Bentoel sebesar Rp730 per saham pada tanggal 15 Juni 2009.
British American Tobacco adalah grup perusahaan rokok terbesar nomor dua di dunia dilihat dari pangsa pasar global dengan merek-merek rokok yang dijual di lebih dari 180 pasar. Di tahun 2008, anak-anak perusahaannya menjual 715 miliar rokok yang dibuat di 49 pabrik di 41 negara dan mempekerjakan lebih dari 50.000 orang. British American Tobacco didampingi oleh penasehatnya Deutsche Bank dan UBS.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait